Penghalang-Penghalang Hidayah



Penghalang-penghalang hidayah

A.      Al kibr(Takabbur, sombong, angkuh) Allah Subhanahu wata’ala berfirman : QS : Al A’raf : 146

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ ءَايَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ(146)

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya”.

Hadits Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam :
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya Al kibr walaupuh sebesar dzarrah (biji sawi)

Al kibr : Menolak kebenaran dan meremehkan manusia
Bentuknya :
-          Menolak atau tidak menerima  berita-berita dari Allah SWT (Al Qur’an dan Sunnah SAW) yang tidak sesuai akal dan       perasaanya nya
-          Menolak melaksanakan ajaran islam yang bertentangan dengan nafsunya
-          Tidak mau menerima takdir Allah SWT (Musibah)
`
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا(36)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Penyebabnya :Karena tidak faham akan       ma’na tauhid khususnya Tauhid Rububiayah contoh Al ‘Aliim (Allah Maha mengetahui) Al Hakiim (Maha bijaksana) Al muddabbir (Maha mengatur), Al Gani (Maha kaya) Al Qawiy(Allah maha kuat) (Allah maha besar) 

B. Al Gaflah (Lalai)
         Allah telah mengisyaratkan bahaya dari  kelalaian dalam QS. Al a’raf : 179

 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ(179)      
Sungguh akan dipenuhi isi neraka jahannam dari golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati tapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) Mereka memiliki telinga namun tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah) mereka memiliki mata namun tidak digunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah) 

Minimal kita Lalai dalam tiga hal seperti dalam doa yang ianjurkan dibaca pada akhir sholat, setelah membaca doa tasyahud sebelum salam :

        
          Ya Allah bantulah kami untuk dapat   berdzikir, bersyukur dan memperbaiki
            ibadah

1.  Lalai berdzikir
a.        Berdzikir dengan hati maknanya senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala. Dalam keadaan sendiri maupun banyak orang, bahwa Allah senantiasa mengawasinya, akan menolongnya jika menolong agama Allah dst.
b.        Berdzikir dengan lisan, senantiasa basah lidah kita menyebut asma Allah (subhanallah, alhamdulillah dst)
c.        Berdzikir dengan anggota tubuh kita, yaitu mengingat hukum-hukum atau aturan-aturan Allah. Setiap tindakan yang akan kita kerjakan harus dikembalikan kepada Allah, apakah Allah ridha dengan pekerjaan ini atau tidak, adakah perintahnya ataupun larangannya.

2.    Lalai bersyukur
Ø  Bersyukur dengan hati, yakni meyakini didalam hati kita bahwa semua nikmat yang kita dapat adalah pemberian Allah Azza wa Jalla.
Ø  Bersyukur dengan lisan dengan senantiasa memuji Allah yang telah memberikan ni’mat
Ø  Bersyukur dengan Anggota tubuh yaitu dengan menggunakan apa yang dikaruniakan Allah kepada kita sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ø     Lalai memperbaiki ibadah
Ø  Berupaya memperbaiki ibadah kita, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, tentunya harus dimulai dari upaya mengoreksi (muhasabah) ibadah kita sebagai contoh : mungkin kita telah melaksanakan sholat, namun masih bolong-bolong, atau kalau sudah tidak bolong-bolong kita masih sering menundah menundah-nundahnya (tidak diawal waktu) atau kita masih kerjakan sendiri (tidak berjama’ah di masjid) atau mungkin kita sudah mengerjakan semua itu namun kita tidak memperbaiki syarat dan rukunnya atau kita tidak khusyu’ dalam sholat kita. Ini semua memerluka mujahadah untuk memperbaikinya.

Penyebab kelalaian adalah belum terhunjamnya dalam lubuk hati kita akan keimanan baik itu, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari akhirat dan iman kepada Takdir Allah Azza wa Jalla. Untuk memahami tauhid dan iman tersebut tidak ada jalannya kecuali ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menambah ilmu kita, Rasulullah Sallalahu ‘alaihi Wasallam bersabda :


Barang siapa yang ingin diberi kebaikan (dunia dan akhirat) maka mereka mesti fakih (paham) thdp agama ini. (HR.                 ).



Barang siapa yang yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga. (HR.                  ).

tidak, adakah perintahnya ataupun larangannya.

3.  Lalai bersyukur
Ø  Bersyukur dengan hati, yakni meyakini didalam hati kita bahwa semua nikmat yang kita dapat adalah pemberian Allah Azza wa Jalla.
Ø  Bersyukur dengan lisan dengan senantiasa memuji Allah yang telah memberikan ni’mat
Ø  Bersyukur dengan Anggota tubuh yaitu dengan menggunakan apa yang dikaruniakan Allah kepada kita sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ø     Lalai memperbaiki ibadah
Ø  Berupaya memperbaiki ibadah kita, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, tentunya harus dimulai dari upaya mengoreksi (muhasabah) ibadah kita sebagai contoh : mungkin kita telah melaksanakan sholat, namun masih bolong-bolong DSTaikinya.

0 Response to "Penghalang-Penghalang Hidayah "

Posting Komentar